PasangIklanoketrik PasangIklanoketrik PasangIklanoketrik PasangIklanoketrik PasangIklanoketrik PasangIklanoketrik

Minggu, 23 Oktober 2011

Jurnalisme Warga dalam Pandangan Pemerintah dan Mainstream Media

Jum’at, 7 Oktober 2011 aku diundang untuk ikutan Focus Group Discussion tentang Implementasi Citizen Journalism yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan jati diri bangsa. Acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan Komunikasi Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik - Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dari peserta diskusi mengenai rancangan format materi pelatihan dan panduan dalam pelaksanaan bimbingan teknis citizen journalism.
CJ | sumber : www.nkelber.com
Focus Group Discussion diikuti oleh peserta dari unsur Kementrian Kominfo, Persatuan Wartawan Indonesia, Serikat Pekerja Suratkabar (SPS), Akademisi (dosen dan mahasiswa), Praktisi Mainstream Media, dan Praktisi Citizen Journalism, dalam hal ini adalah Blogger.
Diskusi dimulai dengan paparan dari Direktur Kemitraan Komunikasi tentang bagaimana mestinya pemerintah menyikapi perkembangan jurnalisme warga di Indonesia.  Dari PWI, hadir pak Tarman Azzam, yang memaparkan pandangannya terhadap jurnalisme warga sebagai fenomena peradaban yang bisa saja membuat “gerah” di beberapa negara. Perkembangannya yang “borderless” membuat jurnalisme warga patut didorong untuk menjadi media alternatif yang akurasi dan kecepatan infomasinya bisa diandalkan. Namun, ketua PWI ini mengingatkan agar pemerintah tidak boleh mengatur apalagi mengintervensi jurnalisme warga.
Paparan di atas mendapatkan beragam tanggapan dari semua peserta yang hadir. Beberapa tanggapan yang sempat kucatat di antaranya adalah, tentang bagaimana pegiat jurnalisme warga dapat meningkatkan level of trust agar setara dengan mainstream media, dimana posisi jurnalisme warga berhadapan dengan Kode Etik Jurnalistik yang berlaku untuk para jurnalis di Indonesia, ada juga himbauan agar DPR bersama pemerintah perlu memperbarui Undang-Undang penerbitan dan ITE dengan memasukkan eksistensi jurnalisme warga di dalamnya, saran agar pemerintah melakukan bimbingan teknis terhadap jurnalisme warga yang tak bisa dipungkiri kehadirannya juga membantu mainstream media.
Perdebatan ringan terjadi saat jurnalisme warga dibandingan dengan jurnalis resmi dan Kode Etik Jurnalistik. Perlukah para pegiat jurnalisme warga memahami kode etik jurnalistik? Sudahkah mereka memahami 9 Elemen Jurnalisme Bill Kovach? Perlukah mereka memahami peraturan perundang-undangan yang mengatur penerbitan PERS?
element jurnalism Bill Kovach : 
1. Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran  
2. Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara  
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi  
4. Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya  
5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan 
6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi 
7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan 
8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional
9. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya. 

warga, sejauh yang kuketahui. Kutekankan di dalam forum tersebut, agar pemerintah tak perlu khawatir akan perkembangan jurnalisme warga. Para pelaku jurnalisme warga bahkan sudah melakukan upaya untuk mengatur komunitas mereka sendiri. Setiap komunitas pasti punya semacam acuan etika bagi para anggotanya. Agak memilukan memang melihat kenyataan bahwa selama ini kita sebagai blogger ataupun jurnalis warga dipandang remeh dan bahkan menakutkan oleh beberapa orang yang berada di pemerintahan dan mainstream media. Satu celetukan spontan yang sempat kudengar adalah “Wah, ternyata blogger tidak seseram yang saya bayangkan!”.

Tetapi sebagai blogger yang bijaksana, kita tak perlu menimpali pandangan yang ada seperti di atas dengan pikiran negatif. Kupikir wajar saja mereka punya persepsi seperti itu tentang blogger dan atau pegiat social media lainnya, karena memang mereka tak tahu. Justru di sinilah sebagai blogger Indonesia, kita harus memainkan peran untuk memberitahu mereka yang belum tahu tentang siapa dan bagaimana kita sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar